Cinta Lama Bersama
Kembali, CLBK, memang sangat susah dijelaskan secara logika. Bagi Brian pun
yang sudah memiliki Chika. Langsung saja disimak kelanjutan cerita Darahku dan Cintamu....
SETAHUN telah berlalu, begitu
cepat terasa waktu bergulir berganti. Pundi-pundi rupiah mulai menggendutkan
tabungan Brian. Tiap kali uang yang mengalir ke dalam tabungannya, ingin Brian
bagi bersama Chika. Namun Chika tak pernah ingin menerima hasil dari kesuksesan
yang mereka peroleh. Brian tahu ayahnya Chika sanggup memberinya lebih dari apa
yang Brian berikan, namun Brian ingin dia ikut menikmati apa yang Brian
nikmati.
“Terima kasih kakakku sayang, uang itu
simpan saja buat anak-anak kita nanti. Itu pun kalau kakak Brian mau menjadikan
Chika pendampingnya,” hanya kata-kata itu yang ia ucapakan. Brian belum
mempunyai keberanian untuk melamarnya, keberanian yang sama saat ia melamar
Tania.
Saat usaha yang mereka bangun berada pada
puncak, Brian sering mendapati Chika pingsan mendadak. Saat ia sadar, Brian mengajak
dia ke dokter. Namun ia memeluk Brian begitu erat dan menangis seperti anak
kecil yang begitu takut bertemu dengan dokter. Brian mengikuti semua keinginan
Chika dan melarangnya untuk terlalu aktif di butik. Lalu tiba-tiba Chika
meminta izin ingin untuk pergi ke Kanada selama sebulan, menemui ayah ibunya
karena rindu. Padahal Brian tahu ayah ibunya hampir tiap bulan datang
mengunjunginya. Namun Brian menepis rasa curiga itu karena ia sangat mengenal
pribadi Chika. Tak pernah Brian menemukan kebohongan dalam hubungan yang ia
ciptakan untuk cinta mereka. Berat sekali yang Brian rasakan, harus berpisah
jauh dengan Chika dalam waktu yang cukup lama bagi Brian. Dia memeluk Brian
sangat erat dan menangis seakan Chika begitu taBriant kehilangannya. Brian menguatkan
dirinya kalau dia akan menunggu Chika pulang membawa segudang cerita bahagia
dan setumpuk rindu. Terus Brian membisikan kata-kata dengan lembut ditelinga
Chika, “Aku sangat takut kehilangan mu.”
Baru dua hari yang lalu Brian mengantar
Chika ke bandara, namun hatinya sangat merindukan gadis imut yang membuatnya
semangat. Brian memandangi foto Chika yang terpajang begitu cantik di atas meja
kerjanya. Terdengar suara ketukan dari balik pintu ruang kerjanya dan seorang
pelayan toko sepatu menyampaikan diluar sana ada pelanggan mereka yang complain. Brian menemui pelanggan mereka
untuk mengajaknya berbicara dan mengtahui keluhannya berbelanja di toko mereka.
“Maaf Bu, ada yang bisa saya bantu?” Brian
menyapa wanita bertubuh tinggi, langsing, dan seksi yang berdiri membelakanginya.
Ia sedang meluapkan amarahnya yang meledak kepada seorang pegawai Brian.
“Mas Brian!”
Wajah itu sangat kuat dalam ingatan Brian.
Wajah yang dulu tak mampu membuat otaknya berfikir dengan jernih, wajah—seakan
mematahkan persendiannya—membuat rasanya sangat sulit untuk berjalan melawan pergeseran
waktu. Yah, wajah itu adalah kenangan Brian hampir dua tahun yang lalu, Tania.
Entah Brian harus kegirangan atau benci melihatnya. Namun tak bisa dipungkirinya,
kalau rasa benci itu tak pernah datang dalam hati Brian untuk Tania. Wajah itu
selalu membuat Brian luluh dan tak berdaya dihadapannya.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Brian membuka
pembicaraan.
“Baik mas, aku sudah jadi model. Sekarang
aku juga kuliah di fakultas kedokteran UI,” jawabnya dengan kegirangan memamerkan
profesi yang sangat ia banggakan.
“Ooh, selamat ya kalau begitu,” ucap Brian
ikut bahagia mendengarnya.
“Mas Brian manager toko ini?” selidiknya
bagai detektif.
“Bisa dibilang seperti itu Tan, aku
pemilik toko ini.” jawab Brian dengan bangga.
“Jadi termasuk sama butik Brinka yang
terkenal itu, Mas?” selidiknya lagi.
“Iya Tan, termasuk itu juga,” jawab Brian.
Spontan Tania memeluk Brian dengan
kegirangan, begitu erat. Secepat mungkin Brian melepaskan pelukannya, tak ingin
semua pegawai menyaksikan adegan tidak mengenakkan itu. Lalu Brian mengajak
Tania ke ruangan meeting. Dia banyak bercerita tentang apa yang telah dia
lewati selama hampir dua tahun tanpa Brian. Tania juga meminta maaf saat
meninggalkan Brian dengan alasan yang tak jelas. Brian hanya menjadi pendengar
yang baik dan berusaha untuk menahan rindunya dengan Tania. Tak bisa dipungkiri
kalau cinta buat Tania belum mampu Brian padamkan, meski ada Chika dalam
hidupnya saat ini. Brian mencintai Tania seperti halnya ia sayang pada Chika.
Tania datang saat Brian memiliki Chika. Sungguh
situasi itu sangat membingungkan hidup Brian. Tania ingin mengulang apa yang
telah terjadi dengan mereka selama empat tahun yang lalu. Penawaran yang sangat
menyesakkan dada dan sulit untuk Brian tolak karena ia mencintainya. Yah, Brian
ingin mengulangi sekali lagi apa yang telah putus antara ia dan Tania. Secara
tidak sadar Brian menikam Chika dari belakang. Saat bersama Tania, Brian menyimpan
semua jalur akses untuk Chika. Dia menikmati saat-saat bersama Tania.
***
Kini tepat satu bulan setelah Chika pergi.
Brian berharap agar ia tetap ingin berlama-lama bersama ibunya di Kanada, namun
Chika meminta Brian menjemputnya di bandara malam ini. Segera Brian menolak
permintaan Chika dengan alasan kalau saat ini dia ada meeting dengan klien. Brian tahu Chika sangat percaya tiap kata
yang keluar dari mulutnya. Brian menemui Tania di depan monas. Dia mengajak
Brian naik ke atas monas. Brian mengikuti semua permintaannya sekali lagi
karena Tania selalu membuat Brian tak berdaya saat dihadapannya.
“Mas, apa permintaan dua tahun lalu mas
sama aku itu masih berlaku?” tanya Tania dengan penuh harap.
“Permintaan yang mana?” Brian
bertanya dengan penuh kebingungan.
“Permintaan buat menjadi istri mas Brian
dan menjadi ibu dari anak-anak mas Brian kelak,” jelasnya singkat.
Brian memeluk tubuh Tania dengan sangat
erat, permintaannya itu membuat Brian sangat bahagia, permintaan yang dari dulu
dia harapkan.
“Iya sayang, masih berlaku dan selamanya
akan berlaku...” Brian menjawab pertanyaan itu dengan hati yang sangat plong
seperti telah lama hatinya terpenjara dan kini bebas. Brian lupa kalau saat ini
ada Chika dalam hidupnya.
Diam-diam Brian mengatur persiapan pertunangannya
dengan Tania. Kini otaknya mulai berfikir bagaimana cara menjelaskan semua ini
pada Chika. Brian mengajak Chika makan tak jauh dari butiknya. Wajahnya sangat
ceria masih seperti saat pertama kali bertemu dirumahnya untuk meminta kembali
cincin kenangan Brian.
“Kakak sibuk banget, sudah seminggu Chika
pulang ke Indonesia baru bisa ketemu hari ini. Apa kakak tidak kangen sama Chika?”
Brian menjawab pertanyaan Chika dengan
senyuman. Entah bagaimana harus Brian mulai pembicaraan tentang niatnya menikah
dengan Tania yang kini telah kembali dengannya.
“Ka, bagaimana kalau kakak bukan jodoh
kamu?” tanya Brian perlahan.
“Kenapa kakak bertanya seperti itu ke Chika?”
“Saat kau pergi kakak tanpa sengaja ketemu
kembali dengan Tania, kamu ingatkan? Dia yang ingin ku lamar dengan cincin yang
dulu kau beli. Dia mengajak kakak untuk kembali dan sekarang dia sudah siap
menjadi istri kakak. Kakak masih sangat mencintainya, Ka.”
Brian menjelaskan bagaimana perasaannya
yang hanya sebatas sayang pada Chika dan bagaimana bahagianya saat Tania ingin
kembali bersamanya. Brian tahu semua ini akan melukai hati Chika, namun dia
tidak ingin terus membohongi Chika dan memberi harapan palsu. Lalu Brian bertanya
apa yang harus dia lakukan saat ini, saat Tania datang pada hidupnya kembali
menawarkan cinta dan Brian telah memilki orang lain yang sebatas dia sayangi.
Brian tahu Chika gadis yang sangat kuat. Tak dia lihat tangis itu jatuh dipipi
Chika dan ia mendengarkan kebingungan Brian seperti sahabat yang mendengarkan
curahan hati sahabatnya. Lama sekali mereka terdiam larut dalam pikiran masing-masing
hingga akhirnya Chika menarik nafas yang panjang dan melepasnya agar bercampur
dengan udara pada restoran.
“Apa kakak bahagia dengannya?” pertanyaan
Chika mencairkan kebisuan mereka.
“Iya Ka, kakak bahagia saat bersamanya,
sangat bahagia.”
Chika menarik kedua tangan Brian dalam
genggamannya dan tersenyum begitu indah. Seakan tak ada yang terjadi dalam
hidupnya.
“Kalau kakak bahagia, pergilah Kak. Aku
tak punya alasan untuk menahan kakak disini. Kejar kebahagianmu, jangan buat Tania
menunggu lagi terlalu lama. Doa ku bersamamu kak, percayalah aku akan baik-baik
saja.”
Lalu Chika tersenyum lagi pada Brian.
“Terima kasih sayang, berjanjilah jangan
menangis.”
Chika hanya tersenyum dan Brian mencium
tangannya dan pergi meninggalkannya sendiri di restoran itu. Itulah terakhir
kali Brian melihat Chika setelah enam bulan lalu sejak Brian pamit untuk keluar
dari kehidupannya. Brian sibuk mengurus persiapan pernikahannya dengan Chika
setelah mereka bertunangan. Sejak hari itu juga Chika tak pernah lagi muncul di
butik atau di toko sepatu Brian. Dia pun tak berniat untuk mencari Chika lagi. Brian
pikir itu jauh lebih baik untuk menjaga hubungannya dengan Tania.
***
Detik-detik mendekati hari pernikahan
Brian, hatinya begitu bahagia. Akhirnya terjawab semua mimpi dan harapan itu.
Brian telah membeli rumah yang cukup mewah untuk Tania dari hasil keringatku.
Rumah yang diberi nama ‘Love House’.
Di rumah itu nanti akan Brian bangun keluarga kecilnya bersama calon ibu dari
anak-anaknya dan calon pendampingnya di surga. Tania ya Tania, dialah cinta
pertama Brian.
Hari ini, sengaja Brian tak mengajak Tania
pergi bersama. Brian telah menyiapkan kado istimewa untuk Tania disaat hari
pernikahan mereka yang tinggal menghitung hari. Brian membelikan Chika sebuah
mobil sedan mewah agar ia tak merasakan panas saat keluar dari istana mereka. Brian
membawa mobil itu melenggang dengan elegan menuju love house dan dia dikejutkan saat digarasi love house-nya terparkir mobil sedan hitam. Brian tahu Tania tak memberinya
kabar kalau dia akan bermain kerumah itu bersama temannya. Brian bergegas
memasuki love house dengan jutaan
rasa penasaran. Dibukanya pelan-pelan pintu ruma dengan kunci duplikat dan Brian
menemukan Tania dengan teman prianya bercumbu dan berpelukan begitu mesranya.
Brian tah habis pikir bagaimana bisa Tania melakukan itu saat pernikahan mereka
telah menuju titik akhir. Brian merasakan hatinya begitu hancur, tubuhnya di
kuasai amarah dan kebencian. Untuk pertama kalinya tangan Brian memukul orang
lain dan mulutnya berbicara kasar dengan seorang wanita. Seseorang yang sangat Brian
cintai dengan segenap hatinya dan sekuat tenaganya. Tania menghancurkan
semuanya.
Brian mengusir mereka keluar dari love house-nya dan meminta Tania jangan
pernah muncul dihadapannya lagi. Sakit sangat sakit yang dirasakan Brian, bagai
tersambar petir yang menghanguskan tubuhnya. Brian membawa pulang mobil—kado
pernikahan—buat Tania yang pergi menjauh dari love house-nya. Tak percaya kalau untuk kedua kalinya Tania telah
meluluh lantakkan kehidupan Brian hingga hancur berkeping-keping. Unuk pertama
kalinya Brian harus menagis karena cinta. Brian melaju dengan kecepatan yang
sangat tinggi pada jalan tol hingga akhirnya dia kehilangan kendali dan
menghantam sebuah truk. Mobil baru yang Brian belikan buat Tania terpental
begitu jauh. Brian merasakan darah segar bercucuran di kepalanya. Penglihatan
Brian mulai gelap hingga dia tak sadarkan diri.
Apa yang terjadi dengan
Brian?
Bagaimana kelanjutan
hidupnya setelah dikhianati oleh tunangannya, Tania?
Makin seru dan bikin
penasaran, kan???
Nantikan kelanjutannya yang pasti bikin pembaca terharu dan nangis
badai, hihihi.
0 Komentar untuk "Darahku dan Cintamu #3"
Untuk diperhatikan!!!
1. Dalam berkomentar gunakan bahasa yang sopan
2. Dilarang menyisipkan link aktif
3. Komentar yang mengandung unsur kekerasan, porno, dan manyinggung SARA akan dihapus