Lanjutan dari cerita Darahku dan Cintamu....
HARI pertama dengan setengah
ikhlas, Brian menjemput Chika dengan sepeda motor buntutnya. Dia terlihat
bahagia di atas penderitaan Brian, gadis imut aneh yang pernah dia temui.
“Biar aku yang menyetir mobilnya,” kata
Brian.
“Maaf kakak, Chika mau naik motor kakak
saja,” pinta Chika dengan lembut manja.
Lagi dan lagi permintaan yang aneh, dia tidak memilih pergi dengan mobil
mewahnya dan sekarang memilih naik motor butut milik Brian. Motor yang Brian
pastikan dia akan kepanasan dan terkena debu. Sungguh Brian tak pernah bisa
menebak jalan fikiran gadis ini.
Sepanjang perjalanan Chika berbicara dari
saat dia kecil sampai dia duduk di atas motor Brian. Chika berkicau tanpa lelah
seperti burung beo yang kegirangan dan Brian hanya menjadi pendengar yang baik,
membuat Brian merasa bosan menelusuri jalan menuju TPU jeruk purut. Brian
merasa ada yang aneh dalam pikiran Chika, ia mengajak Brian ke dalam pemakaman.
Entah siapa yang ia kunjungin. Namun, Brian melihat raut wajah Chika yang
begitu bahagia saat tepat berada depan sebuah makam yang cantik. Dia
mengucapkan salam dan mencium batu nisan bertuliskan nama Yudha, wafat 31
Januari 2011. Brian tak tahu makam siapa yang dikunjungi gadis aneh ini. Brian
tak berniat bertanya padanya. Dia melihat Chika larut dalam doa dan mata yang
sembab—sangat jelas—kalau yang terbaring di atas batu nisan ini adalah orang
yang sangat ia sayangi. Tak lama kemudian mereka melanjutkan perjalanan, Brian
seperti pengawal yang bodoh menemani seorang princess. Hanya bisa mendengar semua perintah dan mengiyakan
permintaan itu, demi sebuah kenangan konyol untuk cincin yang tak mampu Brian
pakaikan ke jari manis Tania.
Brian memarkirkan kembali motornya pada
pusat perbelanjaan. Chika menarik tangan Brian, tanda ia tak sabar untuk
berbelanja ria. Nafsu seorang wanita saat dihadapkan pada tempat yang namanya shopping, itulah surga dunia wanita.
Chika memasuki brand pakaian pria
yang mahal. Tak heran karena dia adalah seorang anak orang kaya, nominal harga
bukan masalah buatnya. Namun yang mengherankan semua belanjaannya hanya untuk
Brian, semakin Brian menolak pemberiaannya justru membuat Chika semakin gila
berbelanja. Sungguh wanita aneh yang Tuhan hadapkan pada Brian. Chika merubah style-Brian dalam jentikan jarinya,
memotong rambut Brian dan membentuknya seperti model boyband Korea. Untuk pertama kalinya rambut Brian tersentuh
perawatan salon, dari ujung rambut sampai ke ujung jari telah dipoles sesuai
keinginan Chika. Dia hanya menyuruh Brian diam. Saat Brian menemukan dirinya
dengan penampilan baru bagai model dadakan, Chika tersenyum manis dan sangat
manis. Brian nampak kikuk saat mendengar Chika berkata, “Lumayan ganteng juga.”
Hatinya seperti kembang kempis. Chika memang sangat aneh dan sulit Brian
menebaknya. Chika seperti gadis imut yang selalu berbalut rasa ceria, tersenyum,
dan senang seakan ia tak pernah dihadapkan dengan masalah yang rumit.
***
Tak terasa dua minggu sudah mereka
melewati hari-hari yang menyenangkan. Waktu yang singkat namun tanpa sengaja
Chika—secara perlahan—berhasil membuat Brian lupa akan cincin buat Tania. Rasa
sakit di hatinya mulai terobati. Chika memberi warna baru dalam perjalanan
hidup Brian. Warna yang begitu cerah! Malam ini Brian kembali kerumah Chika. Diruang
tamu, Brian meminta kembali cincin kenangannya sebagai upah telah menjalani
permintaan Chika selama dua minggu. Namun dalam hati, Brian masih ingin
bersamanya. Bukan karena perjanjian mereka, namun ada hal yang tak Brian
mengerti dari mana asalnya, Brian selalu ingin bersamanya.
“Kakak Brian!”
Chika menyapa Brian dengan senyuman
khasnya, begitu manis. Dia duduk disamping Brian dan memegang kotak merah
kecil. Brian tahu, itu adalah cincin kenangannya. Tiba-tiba Chika menyandarkan
kepalanya pada pundak Brian, membuat darah Brian seperti mengalir begitu deras.
Jantung Brian berdetak begitu cepat. Chika membuat Brian panas dingin.
“Apa setelah ini kakak akan pergi
meninggalkan aku?” tanya Chika tiba-tiba.
Pertanyaan sederhana namun rasanya sangat
sulit untuk Brian jawab.
“Maksud Chika apa?“ tanya Brian pura-pura
bodoh.
“Aku ingin kakak Brian tetap disini, di
samping Chika, seperti ini. Aku sayang sama kakak Brian, perasaan yang aku juga
tidak tahu kenapa tiba-tiba muncul.”
Chika membuat Brian seperti menemukan
cinta baru—muncul dengan sendirinya—tanpa pernah mereka sadari. Ia datang
disaat Brian terluka, memeluk luka itu dengan kapas cintanya dan perlahan luka
itu kering tanpa meninggalkan bekas.
“Aku juga sayang sama Chika. Kakak akan
selalu ada buat kamu,” janji Brian padanya.
Bersama Chika, Brian melewati hari yang
menyenangkan. Dengannya waktu begitu cepat berlalu melarutkan mereka dalam
cumbuan panah asmara. Membuat hati mereka percaya kalau dunia begitu indah
dengan cinta. Dengan berjalannya waktu Brian mengenal dengan baik sifat Chika
yang mulanya aneh namun sebenarnya dia gadis yang cerdas, kuat dan berani
mengambil tantangan hidup. Ia mengajarkan Brian jangan pernah puas dengan hasil
yang diperoleh, jangan berhenti pada comfort
zone, berjalan menapaki hidup selangkah demi selangkah, walau lambat namun
pasti mengantar pada zona yang ia beri nama SUCCES.
Kerja keras, energi dan pandai melihat peluang bisnis itu menurun pada Chika
dari ayahnya yang terbukti telah menjadi pengusaha sukses. Chika meminta Brian
melakukan pinjaman uang ke bank dengan jaminan SK PNS yang Brian miliki untuk
membuka usaha kecil. Awalnya Brian sangat ragu karena dalam dirinya tak
memiliki jiwa seorang pembisnis namun sekali lagi Chika mematahkan argumen
Brian. “Bukan tak memiliki namun tak
ingin memiliki, katakan BISA untuk semua yang kau harapkan dalam doa dan usaha,
sesulit apapun itu maka TUHAN akan membantumu memuluskan harapanmu dan kau akan
memiliki apa yang kau bilang tak ada dalam jiwamu.” Chika selalu membuat
Brian kagum akan cara berfikirnya yang fantastic.
Brian membuka butik dengan menyewa ruko
yang mereka dekorasi menjadi butik sederhana namun tetap cantik. Butik yang
diberi nama BRINKA. Nama itu adalah
penggalan nama Brian dan Chika. Brian melihat Chika sangat bersemangat. Chika
yang memilih semua pakaian yang dijual. Dia juga yang mencari client dan supplier buat butik mereka. Terkadang, mereka harus ke luar kota
untuk berburu fashion terbaru.
Saat Brian bertanya pada Chika, “Apa kau
lelah?”
Ia hanya tersenyum dan menjawab, “Kalau
ada kakak disampingku lelah itu hilang.”
Pelan-pelan butik milik Brian berkembang
ditangan Chika. Brian mulai menggambil lima orang pegawai untuk membantu mereka
karena order-an pun datang tidak
hanya dari Jakarta namun dari luar Jakarta. Seperti kata Chika, perlahan namun
pasti butik milik Brian semakin mengalami kemajuan dan kali ini Chika
menyarankan membuka toko sepatu yang mereka desain dan produksi sendiri. Idenya
seperti berlian yang berkilau. Bersama Chika, Brian mulai bisnis ini dari nol
sampai membuka cabang di luar Jakarta, memiliki beberapa client ph (production house), dan membuka toko
sepatu dengan brand BRINKA.
Chika-lah pintu Brian menuju kesuksesan.
Eiiiittttttt...ceritanya
belum selesai sampai di situ lho!
Tentang Chika kedapatan
pingsan mendadak dan harus berpisah dengan Brian.
Tentang Tania (mantan
kekasih Brian) tiba-tiba datang di saat Brian sudah bersama Chika. Penasaran,
kan??? Hehehe.. Nantikan kelanjutannya dipostingan berikutnya??? Hehehe.. Nantikan kelanjutannya dipostingan berikutnya...
0 Komentar untuk "Darahku dan Cintamu #2"
Untuk diperhatikan!!!
1. Dalam berkomentar gunakan bahasa yang sopan
2. Dilarang menyisipkan link aktif
3. Komentar yang mengandung unsur kekerasan, porno, dan manyinggung SARA akan dihapus